ILAAHI ANTA MAQSUUDI
Oleh : Fikri Farikhin,M.Pd.I
Tahun 2007 ketika saya semester satu di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qodiri (STAIQOD), salah satu dosen pengampu kami memberikan tugas untuk me-resume karya perdana beliau yang berjudul Mutiara di Tengah Samudra, yang berisi tentang Biografi, Pemikiran, dan perjuangan KH. Achmad Muzakki Syah. Menurut saya karya beliau ini sangat menarik, hanya saja dikarenakan sesuatu, karya beliau hanya dicetak satu kali dan setalah itu hingga kini tahun 2017 tidak dicetak lagi. bahkan beberapa hari yang lalu ketika saya berbincang-bincang dengan beliau di Masjid Walisongo Al-Qodiri sebelum shalat Jum'at, ketika saya tanya, kenapa buku tersebut tidak dicetak lagi, beliau tidak menanggapi, malahan beliau mengatakan, "Coba sampean menulis tentang beliau, kan sampean santri beliau yang asli". saya jawab saya belum mampu tentang itu, tapi insyaalah suatu saat nanti saya akan menulisnya, ustad. Jawab saya.
Dan untuk mengenang rangkuman itu, disini akan saya tulis sedikit tentang ILAHI ANTA MAQSUUDI.
Bismillahirrohmanirrohim. semoga bermanfaat.
Dalam banyak ceramahnya beliau, KH Achmad Muzakki Syah sering membawakan Hadis yang menyebutkan, bahwa terdapat tiga model hamba dalam beribadah kepada Allah.
Pertama, Kaum yang menyembah Allah hanya karena takut akan siksa-Nya, yang demikian itu adalah model ibadahnya kaum sahaya.
Ke-dua, kaum yang menyembah Allah hanya untuk mengharapkan balasan pahala-Nya (di dunia dan di akhirat), yang demikian itu adalah model ibadahnya kaum pedagang.
Ke-Tiga, kaum yang menyembah Allah bukan karena takut akan siksanya juga bukan karena tamak akan pahalanya, melainkan semata-mata atas dasar kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya. Lihatlah syair yang pernah disenandungkan oleh Rabi'ah al-adawiyah,
"Tuhanku, aku menyembah-Mu bukan karena takut akan neraka-Mu, aku menyembahmu semata-mata karena kecintaanku dan kerinduanku pada-Mu."
Diceritakan oleh Kyai Muzakki, suatu hari Rabi'ah Adawiyah berlari melintasi kota Basrah, satu tangannya membawa ember berisi air dan tangan yang satunya membawa obor yang menyala, seseorang bertanya,
"Rabi'ah, apa yang hendak engkau lakukan?
"Aku ingin menyiram neraka dan membakar surga sehingga keduanya lenyap dan tidak ada lagi orang yang menyembah Tuhan karena takut akan neraka atau mengharap surga, melainkan semata-mata demi keindahan-Nya.
Dalam sebuah doanya Rabi'ah Adawiyah berseru,
"Yaa Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku ke dalamnya, dan jika aku menyembah-Mu karena tamak akan surga, campakkan aku darinya, namun jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, maka janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan-Mu yang abadi padaku."
Menurut Kyai Muzakki, Allah berfirman kepada nabi Musa as., "Beruntunglah kaum yang menyembah-Ku karena cintanya pada-Ku, menjadikan-Ku tuhan mereka (al-Mahbub), menghabiskan malam dan siangnya untuk beribadah pada-Ku, memfokuskan semua perhatiannya pada-Ku dengan cara memutuskan segala sesuatu selain Aku".
Dalam sebuah hadis juga disebutkan "barang siapa yang menjadikan tujuannya hanya kepada Allah semata, niscaya, Allah akan mengatasi segala problemnya yang lain".
Dalam pandangan Kyai Muzakki, model beribadah yang ke-Tiga itulah yang paling utama, sebab yang mereka inginkan hanya al-Haqq, selain-Nya, tiada yang lebih mereka utamakan selain ma'rifatullah. dikatakan :
"Tuhanku, engkaulah tujuanku, ridho-Mu yang aku cari, harapanku menjadi cinta-Mu dan mengenal-Mu secara mendalam, ILAAHI ANTA MAQSUDI WA RIDHOKA MATHLUBI, A'THINI MAHABBATAK WAMA'RIFATAK."
Bagi mereka makna terdalam dari tauhid adalah menyatukan diri dengann Allah, atau proses transformasi dari kesementaraan menuju kekekalan, dari kesemuan menuju kesejatian, dari posisi berjarak menuju jumbuh atau kebersatuan dengan al-haq, al-wahidah, al-mutlaqoh.
Maka ketika disebut kalimat tauhid, "Laa ilaha illallah" (tidak ada tuhan selain Allah) artinya bagi mereka hanya Allah yang penting, yang utama, yang ujung dari segala ujung tujuan hidupnya, dalam syahadat kita berikrar bahwa tidak ada yang penting selain Allah, bukan tidak ada yang penting selain pahala. artinya, kalau ibadah melulu karena pahala, maka jangan-jangan kita telah menuhankan pahala bukan menuhankan Allah azza wajalla. Ditegaskan oleh mereka : Ana laa uridu minallah illallah, Aku tidak mengharapakan dari Allah kecuali Allah sendiri.
Karena yang penting bagi mereka hanyalah Allah, maka selain-Nya menjadi tidak penting, penilaian orang lain tidak penting, jabatan, ketenaran dan segala macam rumbai dan hiruk-pikuk duniawiyah juga tidak penting, bagi mereka kenikmatan bersama Allah jauh lebih berharga dibanding apa saja yang ada di dunia ini. Karena yang penting bagi mereka hanyalah Allah, maka dirinya selalu menempatkan kehendak Allah di atas segalanya, walaupun harus dengan mengorbankan sesuatuy ngp iiang ia cinta id dunia ini.
Ketika seseorang mengaggap hanya Allah yang penting, maka dirinya selalu menyerahkan semua perkaranya kepada Allah dan yakin sepenuhnya terhadap janji-janji Allah, ridha atas seegala yang terjadi, berprasangka baik kepadanya-Nya dan menunggu dengan sabar pertolongan-Nya.
Dalam pandangan Kyai Muazakki, jika seseorang bertekad hanya menjadikan Allah yang penting dalam hidupnya, maka dia tidak akan pernah ragu apalagi protes terhadap apapun yang menjadi keputusan Allah, sebab bila masih ada keraguan berarti tekadnya masih belum maksimal, padahal sedikitpun tak ada kebaikan dalam keraguan.
Kyai Muzakki menyadari dalam tataran praktis, memang tidak sedikit diantara manusia yang kadang sulit menerima kenyataan, karena yang terjadi tidak seperti yang diharapakannya, padahal semua keputusan Allah adalah yang terbaik baginya, tetapi dalam hidup ini, manusia lebih banyak menuntut sesuatu sesuai kemauan dirinya sendiri dan bukan sesuai dengan kemauan Allah, lalu mereka berburuk sangka pada Allah, padahal berburuk sangka hanya menunjukkkan bahwa seseorang belum bersungguh-sungguh menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang penting dalam hidupnya.
Kyai Muzakki mengingatkan, bila seseorang bersungguh-sunguh, akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang penting dalam hidupya, maka jadilah ia pengabdi sejati yang memegang prinsip What can I do for you, yang hanya memberi tanpa pamrih, tidak pernah memaksa dan tidak pernah ingin menonjol, dia hanya ingin terkenal di langit dan bukan di bumi.
Kyai Muzakki menegaskan bila seseorang bersungguh-sungguh akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang penting dalam hidupnya maka yakinlah!, sebab tanpa keyakinan, kepastian akan menjadi sirna, tetapi dengan keyakinan, sesuatu yang mustahil (impossible) bisa jadi kenyataan (become true).
Juga bersabarlah! karena dengan sabar, semua bisa menjadi baik, sabar dalam musibah adalah pakaian nabi Ayyub as., sabar dalam taat adalah hiasan nabi ibrahim as.,sabar dalam menolak maksiat adalah mahkota nabi yusuf as., ketidak sabaran berakibat perpisahan antara nabi khidir as., dengan nabi musa as.,ketidak sabaran membuat umat islam kalah dalam perang uhud, ketidak sabaran membuat berbagai kebaikan lepas dari genggaman seseorang.
Menurut kyai muzakki, bila tidak ada pesta yang tak berakhir, maka tidak ada pula badai yang tidak berlalu, dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan itulah sunnatullah, maka kabarkan pada malam bahwa sang fajar akan segera tiba , kabarkan juga pada orang-orang yang dilanda kesusahan bahwa pertolongan allah akan segera datang, karena itu jangan pernah berputus asa walau sekejap.
Tags:
artikel